Menelusuri Sejarah Kesenian Debus Banten
00.37.00 |
|loading...
Sejarah kesenian Debus Banten penting untuk kita ketahui karena sebagai orang Asli Indonesia apalagi Orang Banten tentu harus tahu tentang kesenian tradisional yang sudah terkenal sampai luar negeri ini.
Debus Banten merupakan jenis kesenian tradisional yang di padukan dengan penerapan kanuragan atau ilmu bela diri. Kesenian Debus sendiri berasal dari Jawa Barat dan telah dikenal banyak oleh masyarakat Indonesia dan Internasional.
Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa. Misalnya kebal snjata tajm, kebal air kers dan lain- lain.
Kesenian ini berawal pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa (1651—1692) Debus menjadi sebuah alat untuk memompa semangat juang rakyat banten melawan penjajah Belanda pada masa itu. Kesenian Debus saat ini merupakan kombinasi antara seni tari dan suara. Adegan ekstrm dalam kesenian debus yang sering dipertontonkan di antaranya:
Dilihat dari arti kata, Debus dalam bahasa Arab memiliki arti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu bundar. Masyarakat yang tidak mengenal Debus akan melihat kesenian Debus sebagai kesenian yang sangat ekstrim, ini karena dalam Debus ada beberapa peragaan demonstrasi ekstrim yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah terlatih dan dibekali dengan ilmu kanuragan. Pada masa sekarang Debus sebagai seni beladiri yang banyak dipertontonkan untuk acara kebudayaan ataupun upacara adat.
Sejarah Debus banyak yang mengatakan bahwa dimulai pada abad ke-16. Namun, kesenian Debus sendiri dikenal sebagai kesenian asli masyarakat Banten, dan berkembang baru sejak abad ke-18.
Menurut sebagian banyak sumber, sejarah awal munculnya kesenian debus Banten bermula pada abad 16 masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570) Debus mulai dikenal pada masyarakat Banten sebagai salah satu cara penyebaran agama Islam. Namun ada juga yang menyebutkan Debus berasal dari daerah Timur Tengah bernama Al-Madad yang diperkenalkan ke daerah Banten ini sebagai salah satu cara penyebaran Islam pada waktu itu. Yang lainnya menyebutkan bahwa debus berasal dari tarekat Rifa’iyah Nuruddin al-Raniri yang masuk ke Banten oleh para pengawal Cut Nyak Dien (1848—1908).
Berkat kecintaan masyarakat dan upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat Banten, kini Kesenian Debus mampu bertahan hingga sekarang.
Debus sekarang ini dipandang sebagai salah satu warisan kesenian tradisional Indonesia yang sarat kali akan sejarah dan nilai-nilai budaya yang kental berada di dalamnya.
Debus sekarang juga banyak ditampilkan di berbagai daerah di Indonesia bahkan hingga Manca Negara.
Kesenian tradisional ini merupakan aset bangsa yang harus dilestarikan dan terus dikembangkan sebagai bagian dari daya tarik wisatawan Manca Negara untuk datang ke Indonesia khususnya Provinsi Banten.
Tentang Debus
Debus Banten merupakan jenis kesenian tradisional yang di padukan dengan penerapan kanuragan atau ilmu bela diri. Kesenian Debus sendiri berasal dari Jawa Barat dan telah dikenal banyak oleh masyarakat Indonesia dan Internasional.
Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa. Misalnya kebal snjata tajm, kebal air kers dan lain- lain.
Kesenian ini berawal pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa (1651—1692) Debus menjadi sebuah alat untuk memompa semangat juang rakyat banten melawan penjajah Belanda pada masa itu. Kesenian Debus saat ini merupakan kombinasi antara seni tari dan suara. Adegan ekstrm dalam kesenian debus yang sering dipertontonkan di antaranya:
- Menusuk perut dengan tombak atau snjata tajm lainnya tanpa terluka.
- Mengiris bagian anggta tubuh dengan pissau atau gollok.
- Memakan api.
- Menusukkn jarum kawt ke lidah, kulit pipi atau anggota tubuh lainnya hingga tebus tanpa mengeluarkan darah.
- Menyiram tubuh dengan air kers hingga pakaian yang dikenakan hancur lumat namun kulit tetap utuh.
- Menggoreng telur di atas kepala.
- Membakar tubuh dengan api.
- Menaiki atau menduduki susunan golok tajm.
- Bergulingan di atas serpihan kaca atau beling.
Dilihat dari arti kata, Debus dalam bahasa Arab memiliki arti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu bundar. Masyarakat yang tidak mengenal Debus akan melihat kesenian Debus sebagai kesenian yang sangat ekstrim, ini karena dalam Debus ada beberapa peragaan demonstrasi ekstrim yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah terlatih dan dibekali dengan ilmu kanuragan. Pada masa sekarang Debus sebagai seni beladiri yang banyak dipertontonkan untuk acara kebudayaan ataupun upacara adat.
Sejarah Debus Banten
Sejarah Debus banyak yang mengatakan bahwa dimulai pada abad ke-16. Namun, kesenian Debus sendiri dikenal sebagai kesenian asli masyarakat Banten, dan berkembang baru sejak abad ke-18.
Menurut sebagian banyak sumber, sejarah awal munculnya kesenian debus Banten bermula pada abad 16 masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570) Debus mulai dikenal pada masyarakat Banten sebagai salah satu cara penyebaran agama Islam. Namun ada juga yang menyebutkan Debus berasal dari daerah Timur Tengah bernama Al-Madad yang diperkenalkan ke daerah Banten ini sebagai salah satu cara penyebaran Islam pada waktu itu. Yang lainnya menyebutkan bahwa debus berasal dari tarekat Rifa’iyah Nuruddin al-Raniri yang masuk ke Banten oleh para pengawal Cut Nyak Dien (1848—1908).
Berkat kecintaan masyarakat dan upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat Banten, kini Kesenian Debus mampu bertahan hingga sekarang.
Debus sekarang ini dipandang sebagai salah satu warisan kesenian tradisional Indonesia yang sarat kali akan sejarah dan nilai-nilai budaya yang kental berada di dalamnya.
Debus sekarang juga banyak ditampilkan di berbagai daerah di Indonesia bahkan hingga Manca Negara.
Kesenian tradisional ini merupakan aset bangsa yang harus dilestarikan dan terus dikembangkan sebagai bagian dari daya tarik wisatawan Manca Negara untuk datang ke Indonesia khususnya Provinsi Banten.